Kamis, 02 Januari 2014

Inikah yang Dinamakan Porto?

Tugas studio semakin susah untuk saya mengerti alurnya. Betapa tidak, hasil asistensi saya yang sudah dicorat-coret oleh Pak Pri semakin susah dimengerti. Garis coretannya menumpuk di satu denah. Salah sendiri sih ngasistensi denahnya itu-itu aja. Yanasib.

Waktu itu kakak-kakak tingkat pernah bilang kalau tiap akhir semester ada hantu yang namanya Porto, alias singkatan dari Portofolio--yang memuat hasil studi selama satu semester. Mulai dari denah, tampak, potongan, ceiling plan, detail, sampai perspektif.

Sebelum masuk 2014, kemarin itu, saya, Cahya, dan Fajri bersama-sama merombak tata letak kamar. Sotoy-sotoyan lah, jadi dibuat tata letaknya itu mejanya jadi bentuk segitiga, karena kami bertiga di kamar. Setelah dirombak, nugas jadi lebih enak, lebih ada ruang untuk ngapa-ngapain.

Layout meja belajar bentuk segitiga. Jadi kalau belajar saling berhadapan.
Selanjutnya, kedua teman saya sudah libur sejak tanggal 20 Desember 2013 kemarin. Huu. Memang nasib anak desain interior. Harus morto dulu baru boleh liburan. Nah, berhubung teman-teman saya sudah pulkam duluan, akhirnya saya ngajak Arman untuk ngemorto bareng di kamar asrama--yang kemudian kepergok satpam dan ditegur karena nggak lapor dulu--ya salah saya juga langsung ngajak masuk--ah yasudahlah.

Pacaran sama Gloria itu ada suka dan dukanya. Tapi lebih banyak dukanya karena asyik mikirin "kapan ini kerjaan kelar". Gloria. Iya. Semua anak interior--semester 3--mau cowok, mau cewek--pasti pacaran sama Gloria. Iya, itu nama kertas yang saya dan teman-teman saya pakai untuk membuat porto.

MORTO ULTRA -- Sekali Selesai Bisa Liburan
(Untuk Pacaran sama Gloria)
Tahap ngegambar denah, nyusun tabel kebutuhan ruang, dan sebagainya, dikebut dalam kurang lebih 5 hari. Kalau ngeprint programming di A4 untungnya ada printer saya. Tapi, giliran ngeprint tugas mata kuliah Teknik Presentasi: disuruh bikin poster A3, saya dan Arman akhirnya lari ke DU (Dipati Ukur) untuk ngeprint tugas yang biayanya memang gak murah. Sampailah pada titik jenuh di mana tanggal 31 Desember 2013 tiba dan jam menunjukkan pukul 23:25. (Baca: kemaren pake banget)

"Rid, aku tidur bentar ya. Nanti tolong dibangunin," kata Arman.

Kondisi saat itu: kop gambar belum ditempel, programming belum ditempel, perspektif digital belum dirender, dan perspektif manual belum diwarnain.

"Ya, Man, tidur aja dulu," jawab saya.

30 menit kemudian...

"Man, bangun. Keluar, yuk!" ajak saya. Dengan sigap si Arman ngambil hapenya dan liat jam udah menunjukkan pukul 23:55. Langsung saja dia menjawab, "Ayok!"

Kami keluar. Saya bawa tripod keluar. Arman menikmati dinginnya angin malam di luar. Sampai akhirnya terdengar sayup-sayup suara hitung mundur dari kejauhan. Saya sudah siap dengan S4 Zoom saya yang sudah terpasang pada tripod--dengan shutter speed 6 detik dan aperture f/13.9.

#itusettinganngasalsajapadahal

Akhirnya... 3, 2, 1!

Meleduklah bunga api di atas sana, dan... CEKREK. Foto "Keindahan di Sela-sela Porto" pun berhasil saya abadikan.

"KEINDAHAN DI SELA-SELA PORTO"
Shutter Speed 6 sec. | ISO 400 | Aperture f/13.9 | Focal Length 13 mm
Ironis.

Lima menit kemudian, saya dan Arman masuk ke kamar lagi dan kembali mengerjakan tugas di antara ramainya pergantian tahun.

Kami nugas sampe setahun, bro.


Tanggal 1 kemaren memang kami manfaatkan untuk kejar tayang. Mana masih ada tugas mata kuliah Studi Gubahan Ruang yang dosennya juga Pak Pri. Terpaksa ngerodi deh. Tapi alhamdulillah, selesai. Beres. Finish. Pengumpulan porto jatuh pada tanggal 3 Januari 2014, alias BESOK. Disusul dengan pengumpulan tugas Studi Gubahan Ruang dan Teknik Presentasi. Tangan sudah pegel yaampun.

Oke, atur jadwal. Besok pagi jilid ring dan siangnya abis jumatan baru dikumpulin. Beres. Beres. Beres. Sudah.

UPDATE! INI PENAMPAKAN PORTO SAYA SETELAH DIJILID RING DAN SIAP UNTUK DIKUMPULKAN. BISMILLAH.



Sudah dikumpulkan barusan. Selamat liburan. Lupakan porto sejenak. Mari.

Kamis, 21 November 2013

Teman Baru

Kegalauan saya selama ini semenjak awal tahun 2013 yang lalu akhirnya terjawab. Saya sudah merasa "oke fine lo gue end" sama hape Samsung Galaxy Ace. Yahh, dengan kata lain, saya perlu hape baru. Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini saya juga suka jepret-jepret sana-sini... Mungkin karena pengaruh liburan kemaren sempat jalan-jalan sama ayah sambil foto-foto...

Dan akhirnya, setelah sekian lama bersusah payah mengumpulkan dana, saya membelinya. Ya! YA! YAA! HAPE BARU! Pilihan ini saya akui adalah pilihan dadakan, soalnya sebelumnya, niatnya pingin beli hape Samsung yang murah tapi bagus. Biar lebihnya bisa ditabung untuk beli kamera mirrorless, yang kata Tika dan Afif lumayan lebih bagus daripada beli DSLR. Ya, mungkin lebih bagus dari sisi dananya, sih ya? Tapi, mengingat dan menimbang saya pingin hape baru tapi sekalian beli kamera juga, maka saya memutuskan... Memilih Samsung Galaxy S4 Zoom!

Ini, yang gini nih hape barunya. Samsung Galaxy S4 Zoom.
Belinya kemaren tanggal 20 November 2013 di BEC (Bandung Electronic Center). Nah, awalnya nyasar ke Samsung Store. Di situ ada beragam demo hape baru. Maksud hati mau nyari yang kayak Galaxy Ace 3 atau Grand 2 atau S3 Mini, berhubung dana sudah dialokasikan. Tapi tiba-tiba si S4 Zoom ini nangkring di salah satu spot demo hape. Sontak saya terpesona dengan lekuk tubuhnya dan lensa yang bisa keluar masuk #asoysepertikatakatadiinpotaemen kayak kamera beneran! Eh tapi ini memang kamera berwujud hape sih. Eh hape berwujud kamera. Gitu aja galaunya sampe lebaran monyet.

Walhasil saya membawa pulang kotak Galaxy S4 Zoom beserta aksesorisnya. Hapenya? Saya kantongin, hehehe. Langsung running dipake buat foto-foto, padahal pakenya mode auto, cuma bisa nyalain flash, rekam video, dan set timer. Trus apa bedanya sama hape biasa?

Foto perdana yang diambil menggunakan Samsung Galaxy S4 Zoom saya:
Simpang Dago, 20 November 2013 | Auto Mode -- karena gatau apa bisa
mode manual atau enggak.
Pulang-pulang akhirnya sampai asrama dan saya akhirnya semakin penasaran sama si teman baru ini. Jadi ceritanya saya kan sudah punya watermark foto waktu itu (sempat-sempatin bikin karena iseng kurang kerjaan) namanya PHOREESHOT. Tanpa pikir panjang si device name dari S4 Zoom ini saya ganti jadi Phoreeshot SM-C101. Ya, seri dari S4 Zoom ini SM-C101, kayak Galaxy Ace saya, GT-S5830. Mulailah. Saya memindahkan data-data dari Galaxy Ace saya ke si Phoreeshot.

Setelah kurang lebih 3 jam beres-beres mindahin data, akhirnya saya kembali mengulik fitur si Phoreeshot. Asyik ma'syuk mencoba-coba mode Program, Manual, dan Color Wizard. Saya teringat kata Afif, waktu itu sempat chat dan pernah ngejelasin tentang apa guna shutter speed, aperture, exposure, dan ISO. Ternyata si Phoreeshot bisa mode manual, dan ada pilihan-pilihan itu. Langsun saja saya mencobanya satu per satu, sampai saya menggumam sendiri,

"Oh, begitu, toh..."

Tak lama kemudian, Fajri, teman sekamar saya pulang. Saya sedang mengulik fitur Smart Modes. Ada pilihan Light Trace. Saya menyambut Fajri dan langsung saja saya mengajaknya membuat foto light trace. Itu, lho... Foto yang manfaatin cahaya untuk menggambar di udara gitu...

Untuk lebih jelasnya, ini dia foto yang berhasil saya dan Fajri tangkap.






Capek. Pelajari si hape baru ini aja bisa capek. Heran. Hahaha.

Senin, 18 November 2013

Ngulang dari Awal, Lebih Semangat

Di jurusan ini… Yah, lagi-lagi ngebahas tentang jurusan. Yaudah kali ya. Oke. Di jurusan Desain Interior, tepatnya pada mata kuliah Desain Interior 1, saya (dan teman-teman saya) ditugaskan untuk mengolah informasi yang diberikan klien (baik fiktif maupun faktual) menjadi sebuah ruang yang mewakili setiap data yang bersumber dari klien. Untuk denah ruangan, sudah diberikan oleh dosen, jadi mahasiswa tinggal mendesain di denah yang sudah diberikan.

Tiga bulan sudah berlalu semenjak saya masuk jurusan. Kata-kata yang ada dalam pikiran saya, yang terbang seperti kupu-kupu, hanya itu-itu saja. PROGRAMMING – DATA PENGGUNA – DATA AKTIVITAS – DATA KEBUTUHAN RUANG – ZONING – BLOCKING – TABEL ELABORASI TERHADAP RUANG – DENAH DAN LAYOUT FURNITURE – PERSPEKTIF – TAMPAK – POTONGAN

Memang, sebenarnya asistensian sama dosen saya, Pak Pribadi Widodo (biasa dipanggil Pak Pri), baru sampai denah dan layout furniture [dan saya belum asistensi kedua karena baru sampai tabel elaborasi terhadap ruang]. Tapi, saya merasakan sesuatu—seperti kepukul #PLAKK gitu waktu asistensian pertama #ahlebay. Pak Pri mengatakan kalau ruangan yang saya desain masih terlalu simpel, kurang kompleks. Pekerjaan kliennya pun hanya mahasiswa 19 tahun yang bekerja sampingan. Oke, saya ucapkan MAKASIH BANYAK PAK PRI~ >_< soalnya saya baru sadar sih dan sempat hampir ngamuk sendiri. Mahasiswa, kan kuliah, terus kerja sampingan di rumah, cuma berapa jam coba? Yang saya pikirkan saat itu adalah

“buat apa gue ngedesain ruangan bagus dan lengkap kalo kliennya jarang di ruangan itu?”

Kalau udah asistensi, yah, pikiran kebuka. PLONG! Saya jadi tau apa yang harus saya lakukan. Nggak kayak sebelum asistensi, saya—mungkin kalian juga—pasti pake sistem “Gini aja udah kali ya? YOLO”.

Waktu itu (11/11) #etdahkayaberitaajahh

Ya, 11 November lalu, sebelum saya masuk ke ruang asistensi, saya sangat deg-degan gitu. DOKIDOKISURUYO. Tapi, saat keluar, saya langsung memandang ke buku jilid asistensian sambil bilang gini dalam hati, “Eh, jadi apaan yang udah gue buat selama ini?”

Waktu bergulir, terus, pastilah. Hingga saya akhirnya sakit dan tidak masuk kuliah di hari Selasa (12/11), Rabu (13/11), Kamis (14/11), dan Jum’at (15/11). Di hari Jum’at itulah saya mendapatkan semangat desain kembali. Saya bertanya kepada seorang teman saya, dan akhirnya saya mengetahui seseorang yang hobi dan kesukaannya sama kayak saya. Dia orang Aceh, kelahiran 1994, tapi gak kuliah karena udah keasyikan cari uang dengan manfaatin hobinya. Ehem, sebenarnya, kayaknya karena dia frustrasi gak keterima di SNMPTN 2012, baik undangan maupun jalur tulis… #kasian_ih

Hebohnya lagi, ternyata dia tinggal di Bandung juga. #shockberat

Namanya Teuku Muhammad Azraqi, lahirnya di Lhokseumawe, 14 November 1994. Yups, baru ulang tahun… –_–”. Di Bandung, dia tinggal di Tubagus. Nice. Cuma beberapa jauh jaraknya dari asrama saya.

sms-azraqi-portrait

Setelah asyik SMS-an, akhirnya dia mau jadi klien-klienan saya. Saya pun minta foto dia, setelah ngejelasin maksud dan tujuan minta foto dia. Ya, kami akhirnya tukaran foto—lewat E-mail, soalnya dia ga punya social media. What? Anak jaman sekarang kok ga punya socmed… Anyway, ini dia foto Azraqi yang dia kirim…

Azraqi

Basa-basi lagi, akhirnya saya mengajak dia ke asrama saya untuk dikepoin sekepo-keponya, pastinya dalam konteks data PROGRAMMING tugas Desain Interior 1.

Minggu (17/11), akhirnya dia datang ke asrama saya jam 2 siang. Langsung saja saya mulai kepoin dia… Sampe jam 4 sore. Sempat juga saya suruh dia foto pake webcam, di kamar saya, hitung-hitung sebagai bukti kalau dia benar-benar saya “wawancara” #gedebuk #lebay

WIN_20131117_1604222

Katanya ga bisa lama-lama, karena ada kerjaan lagi… Tapi berhubung waktu itu hujan, ya, dia harus nunggu dulu sampe hujannya reda.

Udah, ah, jangan terlalu lama ngomongin dia. Ntar dia ge-er, lagi. Hehehe.

Setelah itu saya benar-benar sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas saya. Malah, saya mengulang lagi dari pertama (yes, return from the programming, again!), ya, walaupun ada juga yang udah tetap, ga perlu diulang, sih… So, intinya, sekarang saya benar-benar terpacu untuk mendesain, kurang lebih karena udah ada yang “berperan” sebagai klien-klienan untuk tugas Desain Interior 1 ini.

Sebelumnya, untuk data kebutuhan ruang, saya malah ngasih furniture yang standar aja. Tapi sekarang, baru sadar, banyak yang dibutuhkan oleh seorang Azraqi untuk kerja dan belajar hal baru di ruangannya. Yah, saya juga mengerti, secara hobi dan kesukaan kami sama. Aduh beneran saya gak tau kenapa ya bisa langsung akrab gitu…

Oh iya, Pak Pri, saya sadar pada akhirnya, setelah bingung yang berkepanjangan selama ini. Terima kasih untuk paraf asistensi pertama yang digores di bagian Zoning – Blocking, ya. Saya bakal asistensi selanjutnya, secepat mungkin—biar bisa liburan—pulang ke Aceh #intinyaitusih

Makasih juga buat Azraqi yang udah mau jadi klien saya. Semoga hasil desainannya bagus, dan cepat selesai. Teurimong geunaseh, beuh, Kiki (nama sapaan dia).

Minggu, 27 Oktober 2013

Terms of Upper Sumatran

sumatra
Orang Sumatera itu keren. Orang Sumatera itu unik. Eh, ini beneran lho! Nggak rasis, ya, kan saya cuma bilang orang Sumatera. Hehehe…

Oke, lanjut ke pembahasan. Di sini saya sebenarnya mau membahas istilah-istilah yang sering digunakan orang-orang Sumatera bagian atas (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau).

Kenapa sih, kok saya tiba-tiba pengen ngebahas hal ini? Yap, karena saya rasa, istilah-istilah Sumatera bagian atas ini sangatlah unik. Saking uniknya, mungkin, orang-orang yang berasal dari daerah lain tidak bakal tau arti sesungguhnya kalau belum dikasih tau terlebih dahulu.

Oke. Lanjut saja langsung ke daftar kata-katanya. Mungkin—ingat ya, mungkin, nih. Kalau ada kata-kata yang sama tulisan dan sama arti dengan daerah lain, ya, maklum lah. Kita ini satu kesatuan, NKRI… Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua. #apaansih

Sabtu, 26 Oktober 2013

Aku dan OPPO N1

Sebenarnya, judul ini hanyalah sebatas judul. Aku dan OPPO N1 belum saling kenal. Tapi aku ingin memilikinya, karena OPPO N1 itu… Begitu INDAH di mataku.

OPPO N1, Smartphone Unik Kamera Rotasi

Berawal dari dinginnya hawa udara di malam hari membuatku menggigil di dalam kamar. Hujan pun menyusul datang menambah kedinginan malam. Sambil browsing, aku mencari informasi tentang gadget terbaru yang canggih. Tidak sengaja, entah bagaimana caranya, aku melihat nama OPPO N1. Penasaran akan hal itu, aku coba mengeklik pilihan tersebut.

“Ya ampun, ke mana aja aku selama ini? Kenapa aku baru dengar ada handphone yang keren dan canggih banget kayak gini?” gumamku setelah melihat spesifikasi OPPO N1.

Memang, sih, selama ini aku tidak pernah mau tahu. Hal ini terbukti saat orang-orang pada bilang kepengen punya handphone OPPO, aku malah cuek dan tidak tahu sama sekali apa dan bagaimana handphone OPPO itu. Setelah aku mencari informasi, ternyata aku baru tahu kalau handphone OPPO itu buatan negeri tirai bambu, China, tepatnya di Kota Dongguan, Provinsi Guangdong.

Selidik punya selidik, sebenarnya, OPPO awalnya merupakan perusahaan elektronik biasa pada tahun 2004. OPPO Electronics. Demikian nama perusahaannya. OPPO Electronics, pada waktu itu, hanya mengeluarkan produk-produk elektronik umum, seperti MP3 Player, Portable Media Devices, TV LCD, eBook, DVD Player, dan BluRay Player. Berlanjut pada tahun 2002, OPPO mulai mengembangkan produk berupa handphone. Setelah sekian lama mengembangkan handphone, barulah, pada tahun 2008, OPPO mulai mengembangkan smartphone—yang sekarang juga sudah biasa disebut sebagai handphone juga. OPPO sendiri sudah dikenal sebagai perusahaan yang mengeluarkan handphone dengan harga terjangkau, tapi kualitasnya tinggi.

Sudah banyak seri smartphone yang dikeluarkan oleh OPPO, seperti OPPO Finder, OPPO Find 5, U705T Ulike 2, dan sebagainya. Sekarang ini, produk terbaru dari OPPO adalah OPPO N1, yang diluncurkan pada tanggal 24 September 2013 di Beijing, China, dan baru saja diluncurkan di Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2013 lalu.

Oke, selama ini, persepsi saya tentang handphone buatan China, kebanyakan meniru-niru desain, menggunakan sistem yang biasa-biasa saja, dan terkadang memodifikasi sistemnya agar kelihatan seperti sistem yang canggih—padahal samasekali tidak.

Beda dengan OPPO. Memang, handphone ini buatan China. Tapi, yang membedakannya dengan handphone buatan China yang lainnya, salah satunya adalah desainnya unik dan anti-mainstream, serta sudah memecahkan rekor dunia. Lihat saja misalnya, OPPO Finder, yang telah dinobatkan sebagai Smartphone Tertipis di Dunia. Secara tidak langsung, hal ini setidaknya akan memperbaiki persepsi orang-orang terhadap handphone buatan China.

OPPO N1, dibekali dengan kamera 13 megapiksel yang dapat diputar hingga 206 derajat. Jadi, sudah bisa dibayangkan, kalau bisa diputar, berarti bisa digunakan juga sebagai kamera depan. Kamera depan yang mampu menangkap gambar dengan ukuran 13 megapiksel? Wow! Selain itu kamera OPPO N1 juga dilengkapi dua Xenon Flash dengan fitur processing yang disebut “Night Owl” yang sangat bermanfaat untuk memotret obyek di tempat yang minim cahaya ataupun pada malam hari.

Kamera OPPO N1 yang Dapat Diputar

Pembahasan baru sampai pada kamera, tapi handphone yang satu ini sudah bikin orang ngiler dan tercengang. Selanjutnya untuk memori sendiri, OPPO N1 telah dibekali dengan 2 GB RAM, internal storage dengan dua pilihan 16 GB dan 32 GB, dan prosesor Qualcomm Snapdragon Quadcore berkecepatan 1,7 GHz. Untuk fitur-fitur utama handphone Android, seperti Wi-Fi, Bluetooth, GPS, NFC, dan sebagainya, pastinya juga disediakan.

Layar OPPO N1 yang lebarnya 5,9 inci memuat resolusi HDTV 1080p, yaitu 1920x1080 piksel. Bisa dibayangkan sejernih apa tampilan pada layarnya? Mengingat untuk layar laptop biasa pada umumnya hanya memiliki resolusi 1366x768 piksel. Layar sentuhnya ultra sensitif. Kita bisa menyentuh layarnya walau menggunakan sarung tangan sekalipun.

Layar 5,9 Inci OPPO N1

Inovasi dari OPPO yang disematkan pada smartphone besutannya ini sangat menarik, di antaranya ada O-Touch dan O-Click, yang sangat membantu pengguna untuk berinteraksi dengan handphone ini.

Ada panel yang sensitif terhadap sentuhan yang terdapat di bawah kamera, di bagian belakang OPPO N1. Panel ini berfungsi untuk menjalankan perintah sesuai gesture yang diberikan pada bidang ini. Misalnya kita hendak men-scroll halaman web ke kiri atau ke kanan, kita tinggal menggeser-geserkan jari kita ke kiri atau ke kanan pada panel tersebut. Begitu juga untuk men-scroll ke atas atau ke bawah. Fitur inilah yang dinamakan O-Touch. Tidak hanya untuk men-scroll halaman, fitur O-Touch ini juga bisa diatur untuk mengontrol musik, membuka aplikasi, dan sebagainya.

Panel Sentuh O-Touch

OPPO N1 juga dibekali dengan sebuah perangkat yang bernama O-Click. Perangkat yang bisa dijadikan gantungan kunci ini digunakan apabila kita lupa di mana kita menaruh handphone OPPO N1 ini. Kalau ditekan, OPPO N1 akan berdering. Selain untuk “melacak” keberadaan handphone, O-Click ini juga bisa berfungsi sebagai shutter kamera. Jadi, kalau mau memotret dari jarak jauh, tinggal gunakan O-Click saja. Untuk koneksinya, O-Click menggunakan teknologi Bluetooth Low Energy (BLE).

O-Click yang Dijadikan Gantungan Kunci

Untuk sistem operasinya, OPPO N1 menggunakan Android 4.2 Jelly Bean, yang tersedia dalam dua pilihan: ColorOS dan CyanogenMOD. Untuk ColorOS sendiri adalah sistem operasi modifikasi yang dikembangkan oleh OPPO sendiri untuk handphone keluarannya. Sedangkan CyanogenMOD adalah proyek Android yang didasarkan dari Android Open Source Project (AOSP), yang memiliki fitur yang beragam untuk meningkatkan performa kinerja sistem operasi.

Masalah daya baterai, OPPO N1 dibekali baterai Lithium-Ion berkapasitas 3610 mAh. Bisa dikategorikan ke dalam kapasitas baterai yang lumayan lama habisnya. Jadi, rasa cemas apabila tidak membawa charger ataupun power bank setidaknya bisa teredam.

Siapapun yang sudah mengetahui spesifikasi OPPO N1 ini, pasti ingin memilikinya. Tidak terkecuali saya, yang sudah terlanjur cinta saat mengetahui kualitas kameranya yang sangat patut untuk diacungi jempol. Semua spesifikasinya cukup membuat saya ngiler dan benar-benar ingin memiliki OPPO N1.

Aku & OPPO N1

Rabu, 23 Oktober 2013

Akhirnya, BBM Ada di iPhone dan Android

1397401_10200204286509920_291771359_o

Dulu, saya pernah posting tentang BBM-an di Android menggunakan Catfiz. Tapi sekarang, BBM sendiri sudah tersedia untuk iPhone dan Android. Yups, akhirnya setelah sekian lama menunggu dari 21 September yang lalu, kini pihak BlackBerry tidak lagi memberi harkos alias harapan kosong.

Untuk mereka yang dulunya pernah “pre-order” di situsnya, kini mereka langsung bisa mendaftarkan BlackBerry ID-nya. Mereka yang dulunya pengguna BB juga sudah bisa langsung login, dan langsung menggunakan BBM dengan contact list yang masih tersinkronisasi di akun mereka. Sementara bagi yang belum mendaftar, mereka bisa mendaftar dengan cara mengantre—di mana mereka harus memasukkan alamat e-mail aktif, dan mereka harus mengecek inbox e-mail mereka, dan apabila mereka telah mendapat e-mail “You have reaced the front of the line!”, barulah mereka bisa mendapatkan BlackBerry ID mereka.

Ehem. Saya, masih menggunakan Android.

#apahubungannyacobak

Karena itu, di sini saya membahas BBM untuk Android. Okeeee~ Memang, sih, kedengaran agak RASIS. Tapi, *yaudahlahya*

Yap, tetap. Samsung Galaxy Ace yang udah diupgrade secara tidak resmi ke Android Jelly Bean 4.2.2—belum ganti karena gak punya uang. Hehehe. Dan, saya juga ingat (selalu) kalau saya punya tablet Samsung Galaxy Tab 2 10.1, yang juga sudah diupgrade ke Android Jelly Bean 4.1.1. Langsung saya search di Play Store, ternyata tidak ada.

Horror. Beneran, BBM tidak didukung di tablet Android.

Tapi, apa daya. Langsung saja saya mencari file APK BBM dari Internet, entah darimana sumbernya, lupa. Yang pasti, file tersebut sudah diupdate dengan tanggal hari ini. Oke, langsung saja saya mencoba download file tersebut.

Oke lanjut, saya install BBM di Galaxy Ace. Wuih, berhasil! Tapi pas dibuka, EAA~ tidak mau jalan—malah force close. Huuhuu~

Target selanjutnya: Tablet 10 inci yang barusan saya bilang. Dengan file yang sama, saya install dan buka. JREENG! Bisa!

#yomann #ini #bbm4android #di #tablet #layarsupergede #10inci #kegedean

Tinggal daftar. Oya, saya mau ngasih tau, saya termasuk orang yang lumayan suka KEPO-in situs BBM sebelum rilis, jadi pastinya sudah “pre-order”. Cling.

#apalaginihhubungannya

Benar dugaan saya. Langsung saja, saya bisa mendaftar untuk mendapatkan BlackBerry ID. Akhirnya, ada 8 digit kombinasi angka dan huruf di layar. [ITU PIN BB, WOI! HAHAHA!!!]

7598BA2A <-- invite, yakk~

OKE. Sekarang BBM udah di tablet. Tinggal nyari contact aja buat menuhin list. Tapi, saya pribadi sedikit kesel (palaaakkkkk~) dengan aplikasinya yang terkadang boros memori. Kalau chat belum dibaca, terus notifikasinya dihapus, tiba-tiba aja muncul lagi. Yah, mungkin sih berguna. TAPI, Kalo lagi maen game, misalnya, tiba-tiba muncul notif, kan gak nyaman juga… Hehehe…

Segitu deh. Sekian.

Rabu, 25 September 2013

Ini Pekan Buku Internasional

Ini Pekan Buku Internasional. Aturannya: ambil buku di dekatmu, buka halaman 52, tuliskan kalimat kelima sebagai statusmu. Jangan sebut judulnya. Salin aturan ini dalam statusmu.

Saya membaca status Facebook-nya Kak Nabyla, kakak sepupu saya. Karena memang yang namanya manusia seperti saya yahh, suka tertantang, akhirnya saya juga pengen iseng-iseng nyoba. Saya langsung mengambil buku yang ada di dekat saya, kemudian saya membuka halaman 52 dan menuliskan kalimat kelima sebagai status. Yap, sesuai aturan yang tertulis itu.

“Seleksi frame 1 pada layer Bola.”

Ya. itu status saya. Simpel, ‘kan? Sebenarnya, bukan kalimat kelima, sih. Itu baris kelima. Soalnya buku itu, halaman 52-nya cuma berisi 4 kalimat yang dikompres menjadi 5 baris dalam satu halaman, diselipi dengan tiga gambar. Makanya, saya lumayan susah menentukan si kalimat kelima itu.

Oke, waktu saya update status, memang saya tidak menyebutkan judulnya. Tapi di sini, saya akan memberitahukan buku apa yang ada di dekat saya tadi.

Sunyoto, Andi. 2010. Adobe Flash + XML = Rich Multimedia Application. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

IMG_20131026_181245