Tampilkan postingan dengan label Aceh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aceh. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Maret 2013

New Experience at Khanduri Aceh 2013

2013. 15 Maret. Jum'at. Ah, kelamaan. Langsung aja deh.

Sebelumnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bang Dani Firmansyah Effendi atas bantuan, saran, dan kerjasamanya. Sekaligus rasa kagum sehingga bisa bilang "Kok kepikiran sih bikin logo Khanduri Aceh 2013 ini jadi bentuk rencong dan SEMARAK gitu? Hahaha keren!"

Oke. Langsung saja saya mulai ngoceh.

Jum'at, 15 Maret 2013. Saat itu di Lapangan Basket ITB diadakan sebuah acara istimewa dari UKA-ITB (Unit Kebudayaan Aceh Institut Teknologi Bandung), yaitu Khanduri Aceh 2013. Khanduri sendiri berasal dari kata "kenduri" dari bahasa melayu yang berarti perayaan yang dirayakan dengan makan-makan, atau lebih tepatnya disebut syukuran. Nah, Khanduri Aceh 2013 ini, sesuai namanya, adalah syukuran untuk keberhasilan "kerjaan" para anggota UKA selama ini. (Ini dengar informasi dari kakak-kakak dan abang-abang yang ada di UKA -,-").

Sebelum Hari H, saya mendapat tugas membuat video singkat yang mempromosikan Aceh untuk ditampilkan di "Layar" panggung. Saya juga bertugas membuat jingle dan bumper pembuka untuk acara Khanduri Aceh 2013 ini. Ini dia bumper Khanduri Aceh 2013 dan video-video yang saya edit untuk ditampilkan...




(Udah, ah, jangan terlalu lama bahas tentang tugas saya...)

Acara ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, acara Wisata Kuliner Aceh. Acara ini dimulai dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Sayangnya, saya baru bisa menikmati kuliner Aceh (walaupun saya orang Aceh) pada jam setengah 3 sore dikarenakan mengikuti UTS matkul Kreativita & Humanita. Saat menyantap beberapa makanan, saya merasakan satu kekurangan. Harga kupon tidak sebanding dengan porsi makanannya. (Hehehe, maaf ya kalau ada kakak atau abang anggota UKA yang baca postingan ini...) Intinya dari semua itu, acara ini cukup baik untuk mengajak massa kampus ITB untuk mencicipi makanan khas Aceh, walaupun ada beberapa orang yang protes karena kupon yang mereka beli tidak dapat ditukar sebab stok makanan tersebut kosong.

Terlepas dari semua itu, kami para panitia langsung kalang-kabut saat jam menunjukkan pukul 5 sore. Kami harus bersiap-siap membuat metamorfosa acara dari acara pertama, Wisata Kuliner, ke acara yang kedua, yaitu Pagelaran Seni Kebudayaan Aceh.

Panggung telah dipersiapkan dari pagi harinya. Tapi untuk persiapan lighting, sound, dan slide proyektor, para panitia berpacu dengan waktu. Semuanya dilakukan dan dipersiapkan dalam waktu yang mepet.
Saat itu saya kebagian tugas untuk menjadi operator. Di balik layar. Dalam cuaca yang penuh kegalauan dan dilema antara hujan gerimis, deras, dan reda. Saya juga sempat takjub, ini laptop yang saya pakai biasanya suka bluescreen dan nge-restart kalau dicolokin ke proyektor. Tapi saat itu lancar banget. Weew... Alhamdulillah... Slide demi slide pelengkap acara akhirnya dapat ditampilkan dengan lancar. Termasuk lagu-lagu juga. Semuanya diputar dari laptop saya. Sinkronisasi antara slide dan acara menjadi tanggungjawab saya saat itu. Malah, saya sempat salah lewat—lewat depan proyektor dan menampilkan sejenak bayangan saya di layar -,-" #yaampun.

Dengan seragam panitia berupa kaos hitam nan ciamik, ditambah Handy Talky yang saat itu baru pertama kali pernah
saya gunakan, saya merasa percaya diri dalam mengemban tugas sebagai seorang... OPERATOR DI BALIK LAYAR -,-"

Untuk penampilan di atas panggung, saya sendiri tidak melihat secara langsung. Saya baru bisa menyaksikannya setelah saya meng-copy video dari Kak Sems alias Kak Teps alias Kak Putri, yang direkam oleh Kak Rina. Mantap. Keren. (Kecuali saya, yang kerjanya di balik layar...)

Ada beberapa hikmah yang bisa saya ambil dari menjadi panitia acara ini. Salah satunya, saya bisa lebih mengenal kakak-kakak dan abang-abang yang ada di UKA. Yaa, contohnya aja Kak Rina dan Kak Sems. Sehari kenal langsung akrab. Hahhaa...

Setelah acara ini selesai, kami sempat berfoto-foto dalam rangka pendokumentasian dan pengabadian memori. #alamaklebay

Dan... dengan modal video copy-an dari kak Sems, dan beberapa foto saat Wisata Kuliner, saya membuat video highlight acara Khanduri Aceh 2013 ini.

Terima kasih kepada massa kampus yang telah berpartisipasi, terima kasih kepada teman-teman, abang-abang, dan kakak-kakak yang satu kepanitiaan. Kalian semua hebat. Jauh lebih hebat dari yang kalian sendiri bayangkan! Kalau kalian tidak hebat, maka tidak akan ada acara meriah di Lapangan Basket ITB tanggal 15 Maret 2013 yang bernama Khanduri Aceh 2013!

Jumat, 29 Juni 2012

Mampir di Warung Cimandum



Ini Bandung, euy. Nama daerahnya  serba pake "Ci..." semua (baca: kebanyakan pake "Ci..."). Cicaheum, Cisitu, Ciroyom, Cihampelas, Cibaduyut,  dan Ci laennya deh...

Malam ini, saya mampir di Ujung Berung. Kata tante saya ada dijual Mie Aceh. Wah, ngiler saya. Heum...

Mampirlah saya di sebuah warung bertuliskan "Warung Aceh". Nah, ini diaaaaa...! Langsung saya mengatur langkah menuju warung itu sembari disambut ibu-ibu yang pake daster dan jilbab. Disambut saya menggunakan logat Sunda. Saya nanyain, "Ibu orang Aceh?". Spontan dijawab masih dengan logat Sunda, "Iya dek. Saya orang Aceh." Wah, saya langsung nyambar pake bahasa tanah rencong, "Di lôn nyœ dari Aceh chit, buk."

Terjadilah percakapan Bahasa Aceh antara saya dan ibu itu. Langsung saya jelaskan maksud dan tujuan saya: membeli mie Aceh tiga bungkus. (Urang kangen pisan maah...)

Akhirnya saya menunggu pesanan saya dibuat. Di meja warung itu, saya menemukan tulisan "WARUNG ACEH CIMANDUM".

Menahan tawa karena geli, muka saya jadi merah. Hahaha... Mengapa saya ketawa? Karena nama warungnya itu. Dalam bahasa Aceh, "Ci" itu artinya "Coba" dan "Mandum" itu artinya "Semua". Jadi Cimandum artinya Cobasemua. Hahaha, ide bagus, ya? Mirip-mirip nama daerah di Bandung, hehehe.

Menu yang tersedia pun khas Aceh (baca: tidak asing bagi saya pribadi). Mulai dari Mie Aceh, Nasi Kari Kambing, Roti Canèe, sampai Telor Setengah Matang juga ada.

Jadi kalo kamu orang Aceh yang lagi ada di Bandung, atau siapapun yang senang dengan masakan Aceh, datang aja ke Ujung Berung sambil nanya, "Misi ... Mau nanya, warung Aceh CIMANDUM dimana, ya?"

Selamat berwisata kuliner... :D

Senin, 04 Juni 2012

Ayam Penyet Dot Com



Kalau ke Kruenggeukueh, Aceh Utara, jangan lupa ke jalan Simpang AAF. Di situ ada tempat makan yang sederhana tapi istimewa. Tema oriental bercampur suasana daerah tropis yang dipilih untuk "studio makan" dijamin tidak membuat kedatangan kamu untuk makan menjadi hambar.

Sesuai dengan namanya, Ayam Penyet Dot Com, di resto ini dijual ayam penyet khas spesifik resto ini. Ada juga menu-menu lainnya yang dapat dipesan langsung. Harganya terjangkau, rasanya pun sedap. Satu porsi ayam penyet khasnya (Ayam Penyet Dot Com) + nasi, sudah dapat dipesan hanya dengan Rp16.000,-

Minuman-minuman disajikan dengan eksklusif, pokoknya mantab.

Cocok banget buat yang ada acara ngumpul bareng, ataupun reunian. Hebatnya lagi, bisa pesan lewat delivery service!

Ayo ke Kruenggeukueh!

Sabtu, 11 Februari 2012

Istimewanya Nama Lokasi di Aceh

Peta yang menunjukkan letak Dakuta

"Jangan anggap remeh Aceh!"

Hahaha. Kalimat ini saya utarakan baik yang tinggal di Aceh, maupun yang tinggal di luar Aceh.

Aceh terdiri atas beragam kabupaten, kota, dan kecamatan. Walau begitu, layaknya propinsi-propinsi yang tersebar di Nusantara, Aceh juga memiliki rasa Bhinneka Tunggal Ika. (Toh, masih dalam lingkup Indonesia, kan?)

Jangan heran bila saya menyebutkan Aceh sangat istimewa. Walaupun kelihatan biasa saja, tapi Aceh itu sebenarnya memiliki jiwa internasional yang tinggi. Apa maksudnya? Mungkin kamu bertanya begitu. Yap. Banyak lokasi yang ada di Aceh memiliki nama yang mirip dengan tempat yang ada di dunia (termasuk Indonesia sendiri). Walaupun namanya mirip, tapi lokasinya benar-benar beda! Cuma namanya saja yang mirip. Mau tahu contoh lokasi yang saya maksud? Ini dia beberapa contohnya.

1. Jamuan (Jerman)

Wah, untuk mengawali pembahasan ini, rasanya tak mantap kalau tidak menyebut Jamuan. Yak. Jamuan terletak di Kabupaten Aceh Utara. Kita bisa menuju ke sana melewati Simpang KKA, Kruenggeukueh. Jamuan berbeda dengan Jerman, walau terkadang orang Aceh sendiri memlesetkan kata Jamuan menjadi Jerman.

2. Meulabôh (Melbourne)

Melbourne adalah satu wilayah yang terletak di Australia. Lain dengan Meulabôh yang terletak di Aceh Barat, yang dapat dijangkau melalui Banda Aceh. Meulabôh merupakan penghasil pala terbesar. Jadi kalau mau mencicipi manisan pala, atau pun sirup pala, datang saja ke Meulabôh.

3. Blang Bladéh (Bangladesh)

Tempat ini terletak di Kabupaten Bireuen. Jangan sampai tertukar dengan nama asalnya: Bangladesh.

4. Dakuta (Dakota)

Bagi para penghafal nama-nama negara bagian Amerika, nama ini pasti sudah tidak asing lagi. Begitu pula para penggemar BlackBerry. Pastinya tahu nama ini. Dakota, bukan Dakocan. Nah, di Aceh ada daerah yang bernama Dakuta, letaknya di Aceh Utara.

5. Garôt (Garut)

Pernah makan dodol Garut? Nah, dodol Garut asalnya dari Jawa Barat. Ya karena Garut itu di Jawa Barat. Kalau di Aceh ada Garôt. Tempat ini terletak di Kabupaten Pidie.

Untuk sementara baru dibahas lima tempat yang namanya mirip dengan nama tempat yang ada di dunia. Selebihnya kalau ada waktu, Insya Allah saya update lagi.

Wonderful Aceh. :D

Mie Kocok Geurugok

Gerobak mie kocok khas Geurugok

Kalau jalan-jalan ke Aceh, jangan lupa lewat Kecamatan Gandapura. Gandapura, yang ibukotanya adalah Geurugok, terkenal dengan Mie Kocoknya yang super nikmat, yang dapat kamu nikmati hanya dengan Rp8.000,- satu porsi.