Minggu, 05 Februari 2012

Metode Konvensional Para Guru


Guru itu memang sangat penting dalam kehidupan sekolah. Apalagi bila seorang guru sangat menarik dalam menyampaikan pelajaran. Para siswa pasti senang belajar dengan guru tersebut.

Guru memiliki beberapa kiat dalam mengajari para siswa. Bagi saya ini adalah sesuatu yang unik. Mengapa? Karena bila kita teliti lebih lanjut, guru-guru bukan hanya dalam mengajar, tapi dalam melayani siswa, pasti sanggup menggubris semua siswa, mulai dari yang pendiam, sampai yang brutal.

Di samping itu, guru juga memiliki metode-metode khas yang bisa jadi sengaja atau tidak sengaja dipraktekkan, tapi diterima langsung oleh siswa. Hah? Yang benar?

Contoh, penggunaan sesuatu yang akan saya istilahkan dengan "explanation tag". Tahu anak TK? Tahu bagaimana gurunya mengajar? Ya. Begitulah.

"Anak-anak, hari ini kita belajar memba..."

"Caaa..."

"Baguuus, hari ini kita membaca ceri..." kata ibu guru sambil menunjukkan buku bergambar serigala.

"Galaaa..."

"Bukaan, cerita!"

Cukup. Itulah contoh "explanation tag" yang saya maksud. Guru menghilangkan suku kata (silabis) pada kalimat terakhir, kemudian para siswa menyambung seakan disuruh, walaupun sebenarnya tidak. Benar-benar "SESUATU"! Faktanya, guru SMA pun masih ada yang menerapkan metode ini dalam mengajar.

Kemudian ada juga metode mencongak dan menjawab berjama'ah.  Metode ini sudah "lebih maju" daripada metode explanation tag. Terkadang metode ini juga dicampur dengan metode menyambung kata tersebut.

"Oke, anak-anak, kita kemarin sudah belajar perkali..."

"Aaan..."

"Oke. Sekarang, siapa yang bisa angkat tangan ya!" "Tujuh kali empat?"

DREP. Semua mengangkat tangan. Ibu guru kewalahan. Menyerah, kemudian ia memilih salah seorang siswa yang ada di dekatnya untuk menjawab, tak peduli dia duluan mengangkat tangan atau tidak.

"Ya, Joni. Berapa?"

"Dua puluh tujuh."

"SALAAAAH!" teriak siswa yang lain.

"Berapa yang benar, anak-anak?" tanya ibu guru.

"DHOEWA POELOEH DHELAPAAN, BOEK!"

"Subhanallah, semangatnya..." ucap ibu guru dalam hati.

"Kelamaan buk!" ucap para siswa dalam hati.

Ya, itulah contoh metode terusannya. Metode ini sangat mengusik ketenangan seseorang siswa yang barangkali ada niat untuk tiduran dalam kelas. Ia pasti tidak bisa tidur karena kelas selalu bising dengan jawaban pertanyaan dengan penjawab sekompi. Alamak!

Kedua metode yang telah disebutkan di atas memang agak menjengkelkan. Meskipun demikian kita  tidak dapat membuangnya dengan mudah karena metode ini memang sudah menjadi ciri khas pembelajaran di Indonesia.

Para siswa memang tidak disuruh menjawab atau menyambung, tapi mereka disugestikan untuk melakukan hal tersebut. Ajaib, bukan?

Bila dipikir-pikir pun, para pengusaha, para pejabat, dan sebagainya, bisa seperti itu, toh dulunya menerima pelajaran dengan metode yang sama. Metode-metode konvensional para guru mungkin saja mengandung banyak rahasia yang bisa terungkap apabila dikaji dan dipelajari lebih dalam.

Cintailah guru dan metodenya, maka kamu akan mencintai dan mengerti pelajaran yang diajarkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentarmu di sini apabila ada yang ingin dibahas atau ditanyakan. Bila kamu tidak punya akun Blogger, kamu bisa berkomentar dengan cara memilih pilihan "Name/URL" pada drop-down. Masukkan nama kamu. Tambahkan juga situs webmu bila ada. Bila tidak ada kosongkan saja. Klik [Lanjutkan]. Silakan berkomentar menggunakan namamu... :D